Senin, 30 Maret 2009

Wisuda?

Alhamdulillah setelah kurang lebih 2 tahun akhirnya aku lulus juga kuliah S2 di Universitas Negeri Malang. Terimakasih saya sampaikan kepada istri dan anakku yang dengan segala pengorbanannya telah mengobarkan semangatku untuk terus berjuang hingga selesainya kuliah ini. Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada segenap Bapak dan ibu dosen PPS UM yang telah membekaliku dengan segudang ilmunya sehingga semakin membukakan mataku bahwa saya semakin tidak ada apa-apanya, semakin banyak hal yang belum saya ketahui. Berita Selengkapnya baca di sini.

Kamis, 13 November 2008

Asyiknya Percobaan Osmosis Pake Telur

oleh:

Ada kalanya kita mengalami kesulitan dalam menanamkan konsep yang benar kepada siswa. Termasuk juga dalam pembelajaran biologi. Berikut ini saya akan mencoba memberikan salah satu cara membelajarkan siswa untuk memahami konsep osmosis, harapannya siswa tidak lagi mengami miskonsepsi.
Baiklah, sebelumnya osmosis sering disalahpami oleh siswa kita. Contoh misalnya osmosis adalah peristiwa yang merupakan kebalikan dari peristiwa difusi. Kesalahan terjadi ketika memahami bahwa osmosis adalah pergerakan atau perpindahan molekul dari konsentrasi rendah (hipotonis) menuju larutan dengan konsentrasi tinggi (hipertonis) melalui membran semipermiabel semata. Pada pemahaman seperti ini tidak memperhatikan molekul mana yang bergerak? Jika diperhatikan bahwa yang mengalami pergerakan adalah molekul pelarut (air) maka tidak akan terjadi kesalahan dalam memahami konsep sederhana ini. Dengan demikian baik difusi maupun osmosis sama-sama bergerak/berpindah untuk meniadakan gradien konsentrasi sehingga pada akhir proses akan didapatkan kondisi larutan yang seimbang (isotonis).
Praktikum sederhana ini akan memanfaatkan membran semipermiabel alami yang dimiliki oleh telor.
Alat dan bahan yang diperlukan:
1. Telur ayam
2. Sedotan
3. Lilin
4. spidol
5. Bekerglass 100 ml
6. Air
7. Penggaris
Berikut langkah-langkah pembuatan osmometer dari telur:
1. Ambil sebutir telur, kemudian pukul-pukulah pelan-pelan padada bagian ujung telur yang tumpul sehingga cangkangnya retak-retak. Jangan sampai selaput di dalamnya pecah.
2. Bersihkan bagian ujung telur yang tumpul dari cangkang yang sudah retak-retak dengan cara mengambil retakan-retakan cangkang dengan hati-hati sehingga didapatkan ujung telur yang tanpa cangkang kurang lebih 3 sentimeter persegi.
3. Pada ujung telur yang satunya (yang lebih lancip) dibuat lubang untuk memasukkan sedotan.
4. Masukkan sedotan ke dalam telur dengan hati-hati.
5. Nyalakan lilin dan arahkan tetesan lilin ke bagian telur tempat masukkan sedotan sehingga sedotan dan telur menjadi rapat (tidak bocor).
6. Isilah bekerglas 100 ml dengan air kurang lebih 90 ml.
7. Ambillah potongan lidi (2-3 batang) dan diletakkan miring dari dasar bekerglas ke mulut bekerglass yang berguna untuk menyangga telur supaya tidak tenggelam ke dasar bekrglass.
8. Sebelum dimasukkan bubuhkan skala pada sedotan dengan menggunakan titik 0 dari pangkal sedotan yang berhimpit dengan ujung telur.
9. Masukkan telur pada bekerglas yang sudah diisi air dengan pelan-pelan dan mulailah mencatat waktunya.
10. Amati pergerakan air pada sedotan dengan selang waktu 5 menit kurang lebih 30 menit atau secukupnjya hingga Anda mendapatkan data yang representatif.
Selamat mencoba!!!

Jumat, 24 Oktober 2008

Pendidikan Profesi Guru untuk 40.000 Sarjana

Pemerintah menyediakan tempat 40.000 kursi bagi sarjana jurusan apa pun untuk mengikuti Pendidikan Profesi Guru. Berbekal sertifikat pendidikan profesi inilah, sarjana bisa melamar menjadi guru pegawai negeri sipil maupun guru swasta.

”Nantinya, yang bisa menjadi guru hanyalah mereka yang memiliki sertifikat Pendidikan Profesi Guru,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Fasli Jalal di Jakarta, Rabu (22/10). Penetapan kuota 40.000 calon guru itu sudah mendekati kebutuhan riil guru untuk menggantikan guru yang pensiun dan permintaan tenaga pendidik baru
Menurut Fasli, sarjana nonpendidikan yang bisa mengikuti pendidikan ini adalah para sarjana yang ingin menjadi guru mata pelajaran di tingkat SMP, SMA dan SMK. Adapun untuk menjadi guru TK dan SD, hanya bisa diikuti sarjana pendidikan TK dan SD.
Pendidikan Profesi Guru, lanjut Fasli, untuk sarjana nonpendidikan berlangsung selama enam bulan, sementara untuk sarjana pendidikan TK dan SD selama satu tahun.
Sebelum mengikuti pendidikan, sambung Fasli, pelamar akan diseleksi secara ketat. ”Hanya mereka yang mempunyai jiwa pendidik dan betul-betul ingin menjadi guru yang boleh ikut pendidikan profesi,” kata Fasli.Menurut dia, hal itu dilakukan agar kelak kualitas guru meningkat. ”Kami ingin supaya guru-guru baru nantinya betul-betul berkualitas,” kata Fasli Jalal.
Sulistiyo, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), mengatakan, kebijakan pemerintah untuk membuka pendidikan profesi guru merupakan langkah maju dalam peningkatan kualitas guru. Namun, penentuan kuota guru haruslah dihitung secara cermat, baik jumlah maupun penyebarannya. Tujuannya agar tidak ada lagi sekolah yang kekurangan guru yang pada akhirnya mengangkat guru di bawah standar.
Menurut Sulistiyo, pemerintah seharusnya mengutamakan sarjana pendidikan untuk menjadi guru. Alasannya, mereka sudah terbina cukup lama untuk menjadi pendidik.
”Untuk guru mata pelajaran yang terbuka dari sarjana nonpendidikan, seharusnya hanya untuk mata pelajaran yang langka, misalnya guru SMK yang membutuhkan guru yang punya keahlian spesifik,” ujarnya.
Secara terpisah Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo mengatakan, sejumlah langkah telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru serta jumlah yang memadai.
Sampai tahun 2015 diperkirakan sebanyak 300.214 guru akan pensiun. Kekosongan ini akan diisi guru baru yang memenuhi syarat sesuai Undang-Undang Guru dan Dosen.

Sumber: Kompas, Kamis 23 Oktober 2008.